Alat dan Perlengkapan Pengamatan Burung
Sebelum melakukan kegiatan pengamatan burung, dibutuhkan beberapa peralatan dan perlengkapan pendukung guna mendapatkan manfaat atau hasil yang bermakna. Penggunaan alat dan perlengkapan tersebut dapat disesuaikan dengan tujuan pengamatan itu tersendiri. Berikut beberapa alat dan perlengakapan yang diperlukan:
1. Teropong
Terdapat 2 jenis teropong yang biasa digunakan dalam pengamatan burung, yaitu Binokuler dan Monokuler.
i. Binokuler
Binokuler (biasa disingkat "bino" atau "binok") merupakan alat bantu penglihatan terpenting guna mengamati dan mengidentifikasi jenis burung yang ditemui di lapangan. Binokuler terutama digunakan untuk pengamatan burung di hutan dan pengamatan jenis-jenis burung yang aktif bergerak karena penggunaannya cukup praktis dan mudah dikendalikan. Binokuler yang digunakan dalam pengamatan burung harus mempunyai kualitas yang baik. Binokuler dengan kualitas rendah tidak akan banyak berguna dan hanya akan merusak mata. Ukuran binokuler yang biasa diguanakan adalah 8x30, 8x40, 10x21.5, dan yang kekuatan lensa yang lebih besar lagi.
ii. Monokuler dan tripod
Monuler (biasa disingkat "mono") biasanya digunakan untuk mengamati burung air atau burung pantai, burung-burung yang cenderung diam atau mengamati perilaku burung di sarang. Kelebihan dari monkuler adalah mempunyai kekuatan lensa yang jauh lebih besar dari binokuler. Pemakaian monokuler biasanya disertai dengan tripod (kaki tiga) sebagai penyangga. Terdapat berbagai ukuran monokuler, umumnya sampai perbesaran 60x.
2. Kamera
Penggunaan kamera sangat disesuaikan dengan tujuan pengamatan, apakah untuk memotret burung yang dijumpai saat pengamatan atau hanya sebagai dokumentasi kegiatan. Kamera yang digunakan untuk memotret burung harulah kamera dengan lensa tele minimal 300mm. Penggunaan kamera pocket untuk memotret burung dapat juga dilakukan degan cara dipadukan dengan monokuler dan tripod yang biasa dikenal dengan teknik digiscoping.
3. Buku catatan lapangan
Buku catatan lapangan merupakan alat dokumentasi terpenting. Idealnya, kita memiliki buku catatan lapangan khusus yang berisi informasi mengenai sketsa dan deskripsi jenis burung yang baru pertama kali kita jumpai, waktu pengamatan, lokasi pengamatan, kondisi cuaca, jenis-jenis burung yang dijumpai, dan nama rekan yang juga ikut mengamati saat itu.
Usahakanlah untuk merekam informasi sebanyak-banyaknya dari burung tersebut. Catatan ini akan sangat berguna dan penting, kecuali kita mempunyai kemampuan mengingat yang tidak terbatas dan dapat diandalakan! Buku catatan lapangan sebaiknya berukuran tidak terlalu besar. Buku seukuran saku sangat praktis dan ringan, namun biasanya cover buku tersebut tidak tahan air.
4. Buku panduan lapangan
Buku panduan lapangan digunakan untuk membantu mengidentifikasi jenis-jenis burung yang ditemi di lapangan. Untuk seluruh kawasan Indonesia, telah tersedia 3 buku panduan lapangan yang cukup baik dan populer dikalangan pengamat burung, yaitu untuk kawasan Sunda Besar (Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan), Wallacea (Nusa Tenggara dan Sulawesi), dan Papua.
5. Pakaian
Burung merupakan jenis satwa yang cukup peka. Di saat pengamatan di lapangan, sebaiknya menggunakan pakaian dengan warna yang tidak mencolok. Warna-warna terang sperti merah atau orange sangat tidak dianjurkan. Pilihlah pakaian yang berwarna gelap atau natural seperti hitam, coklat, atau hijau.
Penggunaan pakaian juga disesuaikan dengan kondisi lapangan. Untuk melindungi kepala dari terik matahari, disarankan untuk menggunakan topi atau bandana. Pemilihan pakaian yang kita gunakan saat di lapangan pada dasarnya adalah demi kenyamanan dan agar membantu kita untuk menemukan berbagai jenis burung saat pengamatan.
Kepedulian di hari ini, kelestarian di masa depan.
Sumber: BIONIC. 2014. Booklet Gelatik Bionic 2014. Sleman: Bionic-Press.
Tidak ada komentar