Catatan Pertama: Bali Bird Watching Race 2016
Hari itu Kamis, bertepatan dengan tanggal 12 Mei 2016 sekitar pukul 06.30 WIB. Tim yang beranggotakan Panji, Abid dan Hasbi berangkat menuju Stasiun Lempuyangan dari Bionic Base Camp (BBC) dengan diantarkan oleh mas Abhe, mas Adin dan Andi. Tiba di stasiun sekitar pukul 7 lewat langsung menuju pos pemeriksaan, setelah selesai kemudian masuk ke kereta KA Sri Tanjung dengan tujuan akhir Stasiun Banyuwangibaru. Kami duduk di kursi 4A, 4B, dan 4C, selain kami juga ada Kholil, mahasiswa semester 4 Fakultas Hukum UGM yang asli Banyuwangi dan juga ada Albi, anak Kemayoran yang baru lulus SMA yang mau muncak ke Gunung Rinjani, kereen dah!
Bagi saya sendiri, perjalanan dengan KA Sri Tanjung merupakan perjalanan yang kedua kalinya yaitu pada akhir tahun lalu. Setelah perjalanan selama 14 jam, kami tiba di Banyuwangi pada pukul 21.15 WIB dan beristirahat untuk menghilangkan lelah di warung sekitar stasiun. Sekitar pukul 11, kami memilih istirahat di masjid depan Pelabuhan Ketapang, lalu menunggu esok pagi untuk menyeberang ke Pelabuhan Gilimanuk.
Sekitar pukul 5 pagi, kami berangkat ke Pelabuhan Ketapang dan tiket penyeberangan ke Bali dengan harga 6 ribu rupiah per orang. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai di Pelabuhan Gilimanuk sekitar 30 menit. Dari atas kapal, kami disuguhkan pemandangan pegunungan di Jawa Timur serta Selat Bali yang terkenal dengan arus air lautnya yang besar. Tentu yang paling istimewa adalah sunrise yang muncul dari Pulau Bali yang menawan berhiaskan burung-burung laut menjadi saat itu momen yang indah. Kemudian mulailah kapal yang kami tumpangi bersandar ke Pelabuhan Gilimanuk. Ya, bagi kami bertiga adalah kesempatan pertama kali menjejakkan kaki di Pulau Bali.
Sunrise di Selat Bali
Kemudian kami menuju Terminal Gilimanuk, mencari kendaraan umum menuju Kota Denpasar. Perjalanan menuju Denpasar ternyata menjadi perjalanan yang sangat lama meski kami disuguhkan pemandangan yang luar biasa. Pohon-pohon besar yang di keramatkan oleh umat Hindu Bali serta hutan adat yang hijau menyegarkan. Kami juga disuguhkan dengan beberapa pantai pasir putih yang berjajar di sepanjang perjalanan. Tak lupa hamparan sawah yang berada di kanan dan kiri jalanan yang rapi dengan terasering yang menawan.
Foto bareng oma Zara
Sekitar pukul 12 WITA kami tiba di Terminal Ubung Denpasar, lalu kami mendapatkan info dari panitia bahwa kami harus menunggu dijemput. Sembari menunggu, kami memilih untuk beristirahat di salah satu warung makan di sekitar Terminal Ubung. Oma Zara, sang pemilik warung banyak bercerita tentang kisah hidupnya. Kami mengambil banyak pelajaran dari beliau, pengalaman beliau menjadi ilmu tambahan yang kami dapatka secara gratis.
Satu jam kemudian, panitia yang menjemput kami pun telah tiba. Dengan menyusuri jalanan Kota Denpasar yang menurut kami sangatlah rumit. Banyak jalanan searah yang membuat kami geleng-geleng kepala. Jalanan yang macet menambah lama perjalanan kami, hingga sekitar 30 menit kemudian kami masuk by pass dan menuju Pulau Serangan. Sekitar pukul 2 siang kami tiba di lokasi yang berada di Pantai Malasti. Lalu kami mendirikan tenda untuk menyimpan barang-barang kemudian kami berkumpul ke pendopo untuk acara pembukaan secara resmi oleh panitia.
Bersambung………
Tidak ada komentar