Header Ads

KPB Bionic UNY
  • Breaking News

    CELEPUK: Menjadi Paparazzi untuk Pemeran Utama Ngungap


    278/BIONIC/XVII

    Berawal dari mendengar cerita tentang Buntut-sate putih pada saat menjadi cikalang (cikal bakal anggota), aku mulai penasaran dengan Ngungap. Tetapi, apa daya tidak tahu tempat dan kondisi di sana membuatku tidak berani melakukan pengamatan ke sana sendiri atau mengajak orang lain.

    Sabtu (15/02), setelah beberapa lama tidak mendengar tentang Ngungap (1 tahun lebih), tiba-tiba ada notif dari WA dari Mas Kir mengajak ke Ngungap. Awalnya masih ragu-ragu karena harus bangung pagi banget dan tugas kuliah yang tertumpuk belum diselesaikan, tapi kesempatan gak dateng dua kali, so? Kapan lagi kalo bukan sekarang. 

    Minggu (16/02), perjalanan dimulai dari saya ke BBC Kronggahan untuk bertemu dengan Mas Arif dan Mas Abhe. Kemudian dilanjutkan ke titik pertigaan dekat RS. Harjolukito untuk bertemu dengan Mas Kir dan Fizhul dan terakhir ke Bukit Bintang untuk bertemu dengan Desti, Tisha, Riska dan Ella. Di saat perjalanan menuju Ngungap, kita juga bertemu dengan Mas Aghnan dan Mba Desi.

    Pantai Ngungap terletak di tepi Wonosari, lebih tepatnya 1km sebelah barat pantai Sadeng. Perjalanan menuju Ngungap lumayan nyaman dengan jalan yang beraspal namun setelah beberapa meter jalannya berubah. Jalam berbatu yang bisa membuat seorang menjadi tidak ngatuk lagi. 

    Kita sampai di Ngungap sekitar jam 09.00. Sesampai di Ngungap, kita disambut oleh pendopo yang sudah rusak. Pertama kali ke Ngungap saya kira pantai ini sama seperti pantai yang lainnya, ternyata pantai ini merupakan sebuah tebing tinggi. Tetapi pantai ini tidak kalah menakjubkan dengan pantai yang lain. Jejeran tebing yang masih gagah setelah ribuan kali diterjang ombak dan juga dimana Pemeran Utama kita menginap. 

    Saat kami tiba, kita langsung di sambut oleh pemeran utama kita, Buntut-sate putih. Dengan tergesa-gesa saya langsung menyiapkan kamera lalu mengatur ISO dan shutterspeed, tetapi pada saat mencoba untuk mengarahkan kameranya, pemeran utama kita sudah menjauh. Kecewa dan terpesona adahal yang pertama kali dirasakan pada saat pertama kali melihat pemeran utama kita. Kecewa karena kemungkinan ini pertemuan pertama dan terakhir kita, tapi rasa kecewa tersebut hilang setelah pemeran utama kita membawa teman-temannya untuk menyambut kita lagi.

    Pemeran utama kita memiliki bulu berwarna putih dengan ujung sayap yang berwarna hitam, paruh warna kuning dan memiliki ciri khas ekornya yang panjang seperti tusuk sate. Ciri khas inilah yang membuat burung ini disebut burung Buntut-sate. Kami mengamati 9 burung Buntut-sate dalam ukuran yang berbeda. Beberapa dari kami bergiliran untuk mengabadikan pertemuan kita dengan pemeran utama kita. Selain pemeran utama kita alias burung Buntut-sate ini, kami juga mengamati salah satu hewan tercepat di dunia, yaitu Alap-alap kawah atau biasa dikenal dengan Peregrine Falcon.

    Setelah hasrat kami terpuaskan dengan sambutan dari pemeran utama kita di pantai Ngungap ini, akhirnya kami bersiap-siap untuk meninggalkan pantai ini dengan banyak cerita. Kami pulang dari pantai sekitar jam 14:00. Sebelum kami balik ke rumah masing-masing kami mampir dulu ke tempat salah satu favorit dari bionicers, yaitu Mie Ayam & Bakso Fajar. Kami balik tidak hanya dengan penuh cerita, tetapi juga dengan perut yang penuh. Setelah perut terpenuhi, kita melanjutkan perjalanan pulang (Hisyam).

    Tidak ada komentar