Header Ads

KPB Bionic UNY
  • Breaking News

    Cahaya Gelap Penjelajah Tanpa Lelap



                Homo sapiens, spesies bijak yang telah mengubah banyak landscape dunia secara dramatis melebihi segala yang pernah terjadi di masa lalu. Dengan adanya revolusi industri berbagai perkembangan teknologi seolah berjalan cepat, lebih cepat dari a
    pa yang kita sadari. Bagaikan koin yang memiliki dua sisi, perkembangan manusia juga memberikan berbagai dampak yang nyata.

                Thomas Robert Malthus dengan teorinya yang mansyur telah meramalkan berabad abad lalu bahwa peningkatan populasi manusia suatu saat akan melebihi kemampuan alam. Saat ini apa yang dikhawatirkan oleh Malthus sedang terjadi dimana populasi manusia terus naik namun lahan tetap. Pembukaan lahan hutan menjadi permukiman, pertanian, hutan monokultur hingga infrastruktur lainnya seolah menjadi hal lumrah.

                Kehidupan alam liar merasakan dampak yang begitu besar tak terkecuali bagi mereka burung burung migran yang mengembara sepanjang tahun. Para penjelajah melakukan perjalanan panjang dan melelahkannya demi melewati cekaman musim dingin namun yang didapatkan hanyalah tanah beton dan sungai berbau busuk mencekik hidung. Tidak hanya dikecewakan oleh rusaknya tempat istirahat musim dingin namun polusi cahaya pun telah merusak navigasi mereka.

                Evolusi selama jutaan tahun mengembangkan kemampuan terbang di malam hari pada beberapa burung migran dapat menyebabkan seleksi yang luar biasa ketika jalur migrasi yang gelap bertransformasi menjadi gemerlapnya kota. Van Doren dkk (2017) dalam penelitian yang dipublikasikan dalam Proceeding of the National Academy of Science menemukan bukti bahwa cahaya yang dihasilkan oleh manusia dapat menggangu burung burung migran. Dalam penelitiannya Benjamin menemukan bahwa cahaya yang ia tempatkan di jalur migrasi burung 7 hari dalam 7 tahun telah menyebabkan disorientasi 1,1 juta burung migran. Jalur migrasi yang terpapar cahaya ketika malam hari mengakibatkan peningkatan kepadatan burung migran hingga 20 kali. Cahaya kota terang dan mungkin romantis bagi sebagian dari kita namun menjadi bencana yang mengerikan bagi penjelajah musim dingin. Ketika menemui cahaya terang di malam hari maka burung akan berputar putar di sekitar sumber cahaya kehilangan arah sebelum 98 juta burung mati di Amerika Utara setiap tahunnya (Chepesiuk, 2009).

                Cahaya buatan manusia dengan spektrum warna putih dan merah paling mempengaruhi migrasi burung (Poot dkk, 2008) . Ketika burung mengalami disorientasi berat dapat mengakibatkan keterlambatan mencapai lokasi migrasi sehingga ia dapat kekurangan nutrisi. Konservasi burung migran yang banyak disuarakan di dunia tidak akan berjalan sempurna ketika jalur migrasi burung masih dipenuhi dengan cahaya cahaya buatan.

                Pada akhirnya yang kita tidak bisa hidup tanpanya menjadi bisa tidak hidup karenanya bagi burung migran. Pembangunan memang tidak akan pernah bisa dihindari namun pembangunan dengan konsep konsep ekosentris dapat membatasi kematian pada burung migran.

     

    Daftar Pustaka

     

    Chepesiuk R. (2009). Missing the dark: health effects of light pollution. Environ Health Perspect 117(1):A20–A27

     Poot, H., Ens, B. J., de Vries, H., Donners, M. A., Wernand, M. R., & Marquenie, J. M. (2008).    Green light for nocturnally migrating birds. Ecology and society, 13(2).

     Van Doren, B. M., Horton, K. G., Dokter, A. M., Klinck, H., Elbin, S. B., & Farnsworth, A. (2017).            High-intensity urban light installation dramatically alters nocturnal bird migration.            Proceedings of the National Academy of Sciences, 114(42), 11175-11180.

     

     

    Tidak ada komentar