Purwosari merupakan salah satu desa di Kabupaten Kulon Progo yang masih tercakup dalam kawasan Pegunungan Menoreh. Menjadikannya habitat bagi berbagai flora dan fauna baik yang umum maupun jarang ditemui. Kekayaan ragam jenis burung di tempat ini pun berhasil memanggil KPB Bionic UNY untuk menyusuri jejak kukila eksotis dalam balutan acara Mersi (Mirsani Peksi) yang bertepatan dengan hari Kartini, 21 April 2024. Menggelorakan semangat para bionicers terutama puan-puan muda dalam misi pendataan spesies, pembekuan momen, dan lebih dekat dengan alam. Bersama tim Lestari Purwosari, KPB Bionic UNY berhasil mendata 50 spesies yang merupakan kalkulasi catatan jumlah jenis di 3 jalur pengamatan, yaitu jalur Sarikaton, Nangka, dan rute belakang kopi menoreh. Diperoleh 2 burung dengan status Endangered (EN) yaitu Cica Daun-Jawa dan Empuloh Janggut, Takur Tulung-tumpuk dengan status Near Threatened (NT), dan Kacamata Biasa bersama Cucak Kuning yang berstatus Vulnerable (VU).
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan Mersi, kelas Brinji untuk Belajar Identifikasi Jenis dilaksanakan pada hari Jum’at, 26 April 2024, guna menelusuri lebih jauh garis keturunan burung-burung di Purwosari dari segi famili. Total famili yang ditemukan ada 26 famili yang meliputi, Falconidae, Accipitridae, Aegithinidae, Alcedinidae, Apodidae, Campephagidae, Chloropseidae, Cisticolidae, Columbidae, Cuculidae, Dicaeidae, Dicruridae, Estrildidae, Megalaimidae, Monarchidae, Muscicapidae, Nectariniidae, Pchycephalidae, Pellornidae, Phasianidae, Picidae, Pycnonotidae, Sittidae, Timaliidae, Vangidae, dan Zosteropidae. Akan tetapi, famili yang menjadi pokok bahasan dalam materi Brinji kali ini terbatas pada lingkup famili dengan ragam spesies terbanyak dan famili dari burung eksotis khas Purwosari atau yang sedikit dijumpai di lokasi lain. Famili tersebut diantaranya ada Falconidae, Accipitridae, Alcedinidae, Cistilocidae, Columbidae, Cuculidae, Dicaeidae, Megalaimidae, Muscicapidae, Nectariniidae, Picidae, Pycnonotidae, dan Sittidae.
|
Brinji (Belajar Identifikasi Jenis) |
Kelas Brinji dipandu oleh dua orang pemateri yang diambil dari pengurus bidang operasional. Melalui kelas Brinji, peserta yang terdiri atas 8 orang pengurus KPB Bionic UNY dapat mengklasifikasikan burung yang tersebar di Purwosari ke dalam famili mereka masing-masing. Sikatan Cacing sebagai primadona Purwosari menempati salah satu kursi di keluarga Muscicapidae. Munguk Beledu atau yang dikenal dengan nama lokal Rambatan karena kemampuan akrobatiknya dalam merambat pohon, melengkapi keluarga Sittidae. Sementara Alophoixus bres dengan jenggotnya yang menawan turut meramaikan famili Pycnonotidae. Keluarga Accipitridae yang turut serta menemani Bionicers, Elang-ular bido sedang bertengger mengamati keberadaan mangsa dengan instingnya yang kuat. Selain belajar identifikasi famili, peserta kelas Brinji juga memperoleh wawasan menarik seputar perburungan, seperti bagaimana proses kembangbiak beberapa spesies di famili Cuculidae dengan karakteristik perilaku brood parasitism, serta kajian biologi dan fisika mengenai alasan burung-burung dengan kebiasaan mematuk kayu tidak mengalami cedera otak selama aktivitas tersebut dilakukan.
|
Foto 1. Burung Sikatan Sisi Gelap (Muscicapa sibirica) famili Muscicapidae |
|
Foto 2 . Burung Prenjak jawa (Prinia familiaris) famili Cristicolidae |
|
Foto 3. Burung Jinjing Batu (Hemipus hirundinaceus) |
|
Foto 4. Burung Cabai bunga api (Dicaeum trigonostigma) |
Antusiasme peserta kelas Brinji dengan latar belakang program studi yang beragam membuktikan bahwa burung atau secara lebih luas dunia perburungan dapat dipelajari oleh seluruh kalangan dan ditembus oleh berbagai disiplin ilmu. Pelaksanaan kelas Brinji tidak hanya berpegang pada harapan agar ilmu yang didapat melalui kelas ini dapat menjadi bekal identifikasi spesies pada pengamatan-pengamatan berikutnya, tetapi juga memiliki makna penting bahwa mempelajari burung merupakan langkah paling awal menuju gebrakan konservasi yang dapat dilakukan oleh semua orang. Menjaga kelestarian alam bukanlah tanggung jawab yang terikat dengan jabatan, melainkan bermula dari kesadaran. Dimana kita ciptakan harmoni alam, kicauan burung menjadi simfoni kehidupan yang tak tergantikan! Denyut bumi esok hari ada di tangan insan. Sekecil-kecilnya langkah kita, asalkan yakin dan direalisasi, kelak akan membawa dampak besar dalam mewujudkan komitmen “Kepedulian di hari ini, kelestarian di masa depan.”
Tidak ada komentar