Pagiku yang Baru
oleh: Ema Imtihana Rosyida
“Banana banana, All of my heart is in banana banana” *suara alarm ku berbunyi kencang di dekat telinga. Jelas saja aku terbangun dan segera ku ambil HP ku dan kutekan beberapa nomor sebagai sandinya.
“Jam berapa kah?” kataku sambil menguap. “Awwee masih jam setengah tiga ji, sakira sudahmi shubuh. Baru saja mka tidur pale. Tidur bawammka saja lagi deh” Logat parepareku akhirnya keluar karna sedikit kesal. Baru saja mataku mulai terpejam pukul satu dini hari tadi. Kenapa alarm membangunkanku secepat itu. Entahlah, mungkin itu alarm sisa – sisa hari kemarin.
Akhirnya aku memutuskan untuk tidur lagi dan saat ku bangun kembali, aku merasa begitu kaget melihat sinar matahari yang begitu terang masuk ke celah – celah jendela kamarku. “Jam berapa ini? Duhh, mati gue” Langsung ku sambar hpku dan ternyata jam sudah menunjukkan pukul 06.23. Masya Allah, aku langsung menyalakan paket dataku yang mulanya mati dan *ting ting ting ting ting* suara notifikasi tak kunjung berhenti.
Kulihat beberapa panggilan masuk dari Mbak Desy, kakak tingkatku yang cantik dan manis :D. Jelas saja dia menelponku tiada henti, hari kemarin kita sudah deal untuk bertemu pukul 05.30 di depan Kebun Biologi. Tanpa basa basi langsung ku jelaskan padanya dan ku katakan bahwa aku sedang OTW (Padahal aku benar benar baru bangun dan hendak membersihkan mukaku dulu). Kemudian aku berlari menuju Kebun Biologi dan ternyata tiada organisme satupun disana. “Duhh, mbak desy mana si?” gumamku pelan sambil mencoba mengatur napasku yang masih tersengal – sengal. Ku berikan pesan padanya melalui sosial media yang cukup trend pada masa kini yaitu Whatshapp, dan ternyata dia sedang berada di kantin Lab Fmipa. Ku coba bernafas sebentar dan berlari kembali menuju tempat dimana Mbak Desy berada. Setelahnya bertemu dengannya, aku langsung disodori Binokuler dan ternyata disana ada seorang laki – laki yang datang.
“Loh mas arif ikut?” tanyaku dengan nada sedikit keheranan. Karna memang setauku nantinya aku hanya akan ditemani oleh mbak Desy saja.
“Hai Ema, iya. Diajak Desy nih” jawab mas arif singkat.
“Ya udah ayok berangkat, udah lumayan siang ini. Nanti malah dapetnya dikit” kata mbak Desy mengajak kita untuk bergegas.
Akhirnya kita mulai berjalan pada pukul 06.42, dan langsung terlihat ada burung berjalan dari sela sela pagar kantin lab yang memang bercelah dan transparan.
“Nah itu ada burung em, coba di iden”
“Hah, mana mbak? Ema ga liat”
“Itu tuh em, yang di jalan Gor”
“Oke okee, i see” akhirnya ku coba melihatnya melalui Bino dan ku tebak ia adalah Perkutut, dan ternyata benar.
Yess, terbakanku berhasil. Sorakku dalam hati. Kemudian kami berjalan lagi dan menemukan beberapa burung. Ada yang sedang berjemur di salah satu jalan, ada yang sedang terbang, ada yang berada diatas atap, ada pula yang dengan senangnya berkicau di atas cabang pepohonan. Mereka terlihat senang dan menikmati pagi yang lumayan cerah ini, begitupun juga aku. Sudah satu tahun setengah aku berada di Jogja, baru kali ini merasakan berjalan tanpa beban dan menghirup udara pagi yang segar. Maklum, sebagai mahasiswa biologi, pagiku cukup tersita oleh tugas – tugas kuliah yang tak kunjung selesai walau sudah ku lakukan persemedian pada malam harinya. Ya nasib, ya nasib.
Kami bertiga terus berjalan dari kantin lab Fmipa lalu ke FBS, lanjut ke lapangan FIK dan berakhir di Gor UNY. Selama kami melakukan perjalanan, banyak burung yang dapat kami amati. Tapi tetap saja, Mas Arif dan Mbak Desy tidak mau memberitahuku jenis species apa itu, aku harus membolak balikkan buku Buku Burung Kampus Karang malang yang kupinjem dari sekre Bionic sore kemaren untuk dapat menentukan nama speciesnya. Ya tak apalah, kalau gak gitu kapan lagi aku belajar.
”Mbak, mas, burungnya bagus. Ema ident yaa” tanyaku pada Mas Arif dan Mbak Desy
“Boleh tuh em” jawab Mbak Desy sedangkan Mas Aris hanya mengangguk saja tanda ia setuju
“Burungnya ada di buku gak?” tanyaku lagi
“Ada” jawab mas Aris cepat
Dan setelah ku amati ciri ciri morfologi yang terlihat dari burung itu, mulai dari warna tubuhnya, matanya, ekornya, akhirnya aku tau bahwa nama species dari burung itu ialah “Burung Kacamata” karna bentuk matanya yang seperti memakai alat penglihatan yang berupa kacamata.
“Mbak, Mas, burung kacamata bukan namanya?” teriakku pada Mas Aris dan Mbak Desy yang jaraknya lumayan jauh dariku
“Betul, seratus” Jawab Mas Aris atas pertanyaanku tadi
“Ema catet yaa” aku bertanya lagi sambil mecari pena yang ku letakkan pada saku celanaku
“Jangaaannnn em” cegah Mbak Desy “Kan burungnya dalem kandang emaa, gak usah ditulis, cukup kamu iden aja” tambahnya lagi menegaskan
“YAHHH.. Kok ga bolehh” gerutuku kesal karna ternyata list ku tidak jadi bertambah
“Hahahaa, Dasar” Mas Arif tertawa melihat muka kesalku
“Ya udah ayok jalan lagi Mas, Mbak”
Akhirnya kita berjalan menuju Gor dan mendapatkan beberapa jenis burung baru. Selama kami berjalan dari jam 06.40 sampai kembali ke parkiran Fmipa pada pukul 08.10, Kami mendapatkan 16 jenis burung, yaitu : Tekukur Biasa (6 buah), Perkutut Jawa (2 buah), Cucak Kutilang (16 buah), Merbah Cerukcuk (2 buah), Kerak Kerbau (6 buah), Merpati Batu (7 buah), Kuntul Kerbau (5 buah), Canga Abu (5 buah), Madu Kelapa (1 buah), Cabai Jawa (4 buah), Walet Linci (4 buah), Bondol Jawa (4 buah), Bentet Kelabu (1 buah), Takur Ungkut – Ungkut (2 buah), Layang Layang Batu (1 buah) dan Bondol Haji (1 buah). Percayalah bahwa ternyata bahagia itu tidak selalu tentang Dia, namun bertemu burung – burung pun rasanya dapat sebahagia ini. Terimakasih ku sampaikan pada Mas Arif dan Mbak Desy yang mau menemani newbie ini untuk dapat menikmati segarnya pagi, walau harus berlari – lari tanpa sempat berbersih diri.
Tidak ada komentar