Header Ads

KPB Bionic UNY
  • Breaking News

    Asiknya Bertualang ke Citalahab: Cerita PPBI XII 2025

     

    Perjalanan menuju Pertemuan Pengamat Burung Indonesia (PPBI) XII 2025 dimulai dari Stasiun Lempuyangan tepat tengah malam. Perwakilan KPB Bionic UNY kali ini terdiri dari SK, Selo, Fadhil, dan Regar. Mereka berangkat dengan Kereta Kahuripan menuju Kiara Condong. Tanpa disangka, kursi yang didapat justru saling berhadapan, seolah sudah diatur untuk perjalanan bersama yang lebih seru. Dari Kiara Condong dilanjutkan dengan Kereta Cikuray ke Jatinegara, lalu naik KRL ke Manggarai hingga Bogor. Setibanya di stasiun, perjalanan belum berakhir karena masih perlu menempuh jalan ke Masjid Al-Hurriyah menggunakan ojek online. Sayangnya, kemacetan membuat rombongan baru tiba ketika seminar sudah usai, hanya sempat menikmati makan siang sambil bertukar kabar singkat dengan kawan-kawan dari Jogja.

    Belum sempat banyak beristirahat, perjalanan kembali berlanjut menuju Citalahab menggunakan truk TNI. Rombongan Bionic mendapat truk nomor 5. Jika di peta perjalanan terlihat hanya sekitar 2,5 jam, kenyataannya medan rusak membuat waktu tempuh molor hingga 6 jam. Berangkat jam 2 siang, akhirnya sampai jam 9 malam dengan tubuh terasa diguncang habis-habisan.

    Keesokan harinya, semua rasa lelah langsung terbayar lunas. Di hamparan kebun teh berkabut, suara burung terdengar riuh: Cica-koreng, Bentet kelabu, Srigunting, Cekakak Sungai, Cabai Jawa, hingga Cucak kutilang. Tiga Surili tampak melompat-lompat lincah di antara pepohonan, Tepus pipi perak muncul di dekat semak, sementara Sempur hujan rimba memamerkan warna bulunya yang menawan. Saat fokus memotret Madu Jawa, tiba-tiba seekor Elang Jawa melintas rendah—sebuah kejutan yang benar-benar membuat merinding kagum. Tak lama, Owa Jawa pun terlihat bergelantungan, menjadi momen paling berkesan di hari itu.

    Selain burung dan primata, ada pula cerita unik dari jalur pengamatan. Kang Feri, sang pemandu, berbagi banyak pengetahuan soal tumbuhan lokal, mulai dari rotan, bambu, hingga jenis-jenis tanaman hutan. Perjalanan semakin seru ketika ditemukan seekor cacing raksasa seukuran jempol, yang langsung dijuluki “Cacing Alaska.” Malam harinya, kegiatan masih berlanjut dengan pemaparan program Savenest Indonesia, sharing Amatural, dan diskusi hangat lain yang menutup hari penuh pengalaman tak terlupakan.

    Hari terakhir di Citalahab diisi dengan ramah tamah antar komunitas. Suasana terasa hangat, penuh canda sekaligus rasa syukur karena bisa bertemu banyak pegiat konservasi dari berbagai daerah. Setelah acara resmi selesai, rombongan mulai bersiap kembali ke Bogor dengan truk TNI yang sama. Perjalanan pulang tak kalah melelahkan, tapi setiap guncangan serasa ringan karena sudah dipenuhi cerita dan tawa. Dari Bogor dilanjutkan naik KRL ke Manggarai, lalu ke Jatinegara, sambung Kereta Cikuray dan Kahuripan, hingga akhirnya kembali menginjakkan kaki di Jogja.

    Meski perjalanan panjang itu penuh drama macet, hujan, hingga badan pegal akibat duduk lama semuanya terbayar dengan pengalaman tak ternilai. Bagi perwakilan KPB Bionic UNY, PPBI 2025 bukan sekadar perjalanan, tapi sebuah cerita kebersamaan, kejutan alam, dan semangat baru untuk terus menjaga keberagaman hayati Indonesia.

    Tidak ada komentar