Seberkas Kisah Selepas Kegiatan Asian Water Bird Census 2018
oleh: Ishadiyanto Salim
“Mengembalikan”, apa yang harus ku kembalikan.
Pagi itu, 6 Januari 2018 alam membuka lembarannya dengan hujan dan cuaca yang tidak secerah biasanya. Namun cuaca yang mendung itu tidak memudarkan dan menyurutkan semangat di dalam diri ini yang sudah mengelombang tinggi, semakin deras hujan dan banyak tetesan hujan diluar menambah motivasi diri ini untuk ikut dalam kegiatan Asian Water Bird Census 2018 di Pagak, Purworejo. “Entah, dibenak hanya terdapat pikiran mungkin ini awal untuk membangun semangat pengamatan burung lagi”, anganku sembari memasukan alat tulis dan air minum ke dalam tas. Aku bergegas, aku siap untuk pengamatan!
Pagi itu setelah menyelesaikan beberapa tanggung jawab, ku mencoba untuk menghubungi temanku, Fadhil menyoal tentang janjian kita untuk berangkat bersama, tapi entah secara tiba-tiba janjian yang sudah kami buat terpaksa kita acuhkan. Oke aku berangkat sendiri. Lokasi yang tidak begitu jauh dari rumah, membuat Aku memutuskan untuk berangkat tidak dari kampus, Aku memilih menunggu dipinggir Jalan Wates, sembari menikmati rintik-rintik hujan yang tak kunjung selesai mengerjakan tugasNya.
Perjalanan kami menuju tempat pengamatan, di Pagak, Purworejo ditemani hujan yang kian lama kian menunjukkan dirinya, kami sempat berkecil hati. Namun sesampainya di lokasi hujan benar-benar sudah selesai, kami disambut dengan kesejukan tempat ini dengan hamparan sawah yang berbari-baris rapi, pemandangan rawa-rawa ditambah suasana selepas hujan selesai yang semakin mendamaikan hati.
Sejuta Burung di Rawa Pagak, Purworejo.
Tidak dipungkiri suara-suara burung bersahutan, menandakan bahwa dirinya benar-benar ada dan sedang merasa bebas. Wajah ceria menyelimuti di setiap kami ketika membuka jas hujan, berharap mendapati banyak jenis burung disini. Baru saja turun dari motor belum dengan peralatan yang disiapkan, Mas Hasbi yang kebetulan berada disampingku langsung mengarahkan jarinya kearah timur menuju sungai, yang menandakan disana ada burung, segera bergegas saya untuk mengambil bino, membidiknya, teramati bulunya berwarna biru, paruh pendek dengan warna merah menyala. Ohhh ternyata itu si cantik Mundar Besar yang bersembunyi di antara rumpun gelagah. Burung itu terlihat ceria dan nyaman dengan sebuah kebebasan alam.
Tak jauh dari keberadaan Burung Mandar besar, cukup memindahkan 20 derajat kearah selatan, pada pohon yang cukup tinggi terlihat Burung Bambangan Merah, lagi-lagi ku ditunjukkan oleh Mas Hasbi dan Mbak Ajeng yang kebetulan kami mendapatkan bagian didaerah Barat. Tidak lama kemudian 2 ekor si imut Raja udang biru berterbangan di arah kiri kami. Setelah itu kami membalikan badan untuk mengamati didaerah sebelah barat jalan, pada saat berbalik arah tiba-tiba 4 burung Kuak malam abu melintas dengan bebas mengarah kearah timur. Belum lama berdiam diri dan memandang ke arah barat rupanya disisi sebelah utara ada burung Bubut Jawa yang sedang istirahat dan berjemur di antara rumpun-rumopun gelagah.
Singkat cerita kami menyelesaikan kegiatan Asian Waterbird Census 2018 pukul 11.00 WIB dan menutupnya dengan diskusi, mendapatkan banyak jenis burung yang baru bagiku. Ku merasakan sesuatu yang berbeda untuk kegiatan pertama tentang pengamatan burung di tahun 2018 ini, hari itu seperti awal membangun semangat dan motivasi lagi untuk menjadi seorang Birdwatcher bersama dengan KPB Bionic, yang beberapa bulan kebelakang tidak melakukan hal ini. Semoga apa yang sudah kembali ini dapat terjaga sepanjang menjadi Makhluk-Nya, bahwasanya Aku hanya percaya, bahkan untuk menjaga dan menggagumi ciptaan-Nya pun dibutuhkan sebuah bekal dan Ilmu. Oke aku sudah mendapatkannya, dan “mereka” sudah kembali.
Tidak ada komentar