Celepuk Reban
oleh: David Sultan Maulana Hidayat
Celepuk reban atau burung dengan nama latin Otus lempiji, merupakan salah satu burung nokturnal dari keluarga Strigidae (burung hantu). Burung ini memiliki sebutan lain dalam berbagai bahasa, seperti pada bahasa inggris burung ini disebut dengan Sunda Scoops-Owl, dalam bahasa sunda disebut dengan bueuk, dan dalam bahasa jawa disebut dengan kuwek.
O. lempiji memiliki ciri morfologi tubuh yang kecil, hanya sekitar 20-21 cm saja, dengan panjang sayap yang dapat mencapai 20 cm. Burung ini mempunyai ciri-ciri layaknya Strigiformes pada umumnya, sisi atas tubuh celepuk reban berwarna coklat hitam atau keabu-abuan dan mempunyai corak bintik berwarna hitam, kuning, serta keputihan. Sisi bawah tubuhnya berwarna kuning tua kecoklatan, serta memiliki tengkuk berwarna kuning abu-abu pucat. Iris mata burung ini cukup cantik, berwarna coklat gelap atau kekuningan dengan paruh berwarna kuning. Untuk membedakan burung jantan dan betina pada celepuk reban sedikit unik, mereka bisa dibedakan berdasarkan suaranya. Suara celepuk reban jantan yaitu "wuup" dengan nada sedikit meninggi. Sedangkan pada burung betina yaitu "whiio" atau "pwok" bernada lebih tinggi.
Burung ini merupakan fauna asli dari Asia Tenggara dengan persebaran mulai dari kawasan Filipina dan berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Kalimantan, Sumatera, Jawa dan Bali. Merujuk pada IUCN Red List, status konservasi O. lempiji berada di level berisiko rendah. Karena itu, spesiesnya tidak memerlukan kontrol atau penanganan khusus dari pemerintah. Meskipun begitu, kita tetap harus melestarikan keberadaannya sehingga burung ini tidak punah. Burung ini cukup mudah ditemukan dan dapat dijumpai pada kawasan tepi hutan, perkebunan, pekarangan, hingga taman-taman kota. Celepuk reban hidup pada ketinggian yang cukup umum sampai 1.600 m, bersarang di dalam lubang pohon. Pada momen-momen tertentu, mereka juga terlihat menghuni sela-sela pelepah kelapa, rumpun bambu dan tajuk pohon.
Walaupun suaranya terdengar “memilukan,” O. lempiji ternyata cukup pandai bernyanyi. Burung ini sering mengeluarkan suara sambil bersahut-sahutan dengan pasangannya. Pucuk tanaman perdu adalah peristirahatan terbaik bagi celepuk reban untuk sewaktu-waktu terjun menyambar mangsanya di permukaan tanah atau vegetasi yang lebih rendah. Burung ini biasanya mengonsumsi serangga malam sebagai makanannya. Melansir berbagai sumber, di Jawa Barat celepuk berkembang biak antara bulan Februari dan Juni. Sedangkan di Jawa Tengah, waktu berbiaknya terjadi mulai dari bulan November sampai Januari.
Saya memiliki pengalaman pertama yang cukup berkesan saat menemui burung ini. Pada saat itu, saya dan tim sedang melakukan pengambilan data untuk tugas mata kuliah Biologi Vertebrata. Ditemani Mas Hammas dan Selo di kawasan hutan KGPAA Mangkunegaran Surakarta pada malam hari kami mendengar suara “wuup” dari burung tersebut. Kami langsung bergegas mengambil kamera, senter, dan speaker bluetooth untuk calling burung tersebut. Setelah beberapa saat dilakukan calling dan menyenter ke arah atas pohon, burung tersebut akhirnya terlihat sedang bertengger di atas pohon perdu. Pengalaman tersebut merupakan pengalaman pertama saya dalam melakukan pengamatan burung nokturnal dan walaupun burung ini cukup mudah ditemukan, saya sangat takjub ketika pertama kali melihat burung tersebut terlebih lagi ketika berkesempatan untuk memotret celepuk reban.
Tidak ada komentar